Seolah menepati janji publikasi di berbagai penerbitan, film laga Indonesia The Raid penuh atraksi ketegangan laiknya film-film besutan Hollywood. Tepuk tangan penonton pada pemutaran perdana The Raid kerap terdengar, di bioskop blitzmegaplex Grand Indonesia, Jakarta, Jumat.
Cukup menimbulkan senyum di bibir karena saban bintang utama bisa membasmi penjahat, saat itulah penonton bertepuk tangan seru. Pasti ada "apa-apanya" sampai penonton bisa seperti itu berangkat dari layar The Raid ini.
Dibuka adegan shalat subuh Rama (Iko Uwais) sebelum bertugas --dia seorang polisi anti teror-- memberangus jaringan peredaran narkoba di satu apartemen kumuh di satu kota di Indonesia. Rama-lah yang menjadi pokok perbincangan utama dalam film besutan sutradara Gareth H Evans ini.
Rama berjanji pada istrinya yang tengah hamil tua, dia akan kembali secara selamat. "Aku cinta kamu...," kata-kata Rama disertai kecupan di kening istrinya yang terbaring jadi sedikit (sekali) latar romantis fillm ini. Romantisme berhenti di situ saja; selanjutnya...
Pemutaran perdana The Raid ini bagi komunitas pecinta film dan yang ditunjukkan adalah versi yang belum disunting alias disensor. Jadi penuh dengan adegan yang tidak akan pernah bisa disaksikan di bioskop sesudah pemutaran perdana itu.
"Kami memang memberi ruang untuk pecinta film Indonesia dan kami memiliki program untuk itu," kata Manajer Pemasaran biltzmegaplex, Antonia Niken, yang juga hadir dalam pemutaran perdana film itu.
Berangkat dalam satu kendaraan perintis, Rama bergabung dalam pasukan 18 orang. Yang cukup istimewa adalah properti perorangan yang dilekatkan dalam film berdurasi 120 menit ini, persenjataan hingga belati yang dipakai plus sepatunya, sangat mendekati nyata pada sosok seorang tentara pasukan khusus.
Menyusup, menyerbu dan menyergap (raid), dan terjebak plus tewas sia-sia dalam gedung penuh gangster itu. Rama juga terjebak dan menjadi satu dari tiga yang tetap selamat sampai akhir. Yang tidak dia duga, letnannya (Pierre Gruno) menjadi personel polisi korup luar biasa yang mengondisikan mereka masuk dalam kemelut berdarah-darah dan sadis itu.
Hampir setengah film ini diisi dengan adegan perkelahian jarak dekat yang seru dan "kreatif" seperti yang diperagakan aktor-aktor Hollywood. Sebut misalnya teknik kelahi tangan kosong Steven Seagal, hal itu bisa dilakukan di The Raid secara mulus, tinggal diberi sentuhan khusus agar lebih dramatis.
Tangan dingin Quentin Tarantino (Kill Bill) dan ketegangan dalam emosi seolah mengalir secara memadai. Cuma perlu sentuhan plot cerita dan kualitas dialog yang seharusnya bisa lebih matang lagi.
Ditambah lagi dengan gambar-gambar menggetarkan yang cukup sering hadir. Misalnya, saat pipi Rama teriris pelan-pelan dengan tetesan darah karena golok penjahat menembuh dinding kayu di satu apartemen, di mana dia bersembunyi bersama temannya yang terluka.
Sangat nyata dan penonton banyak yang cukup ngeri sendiri melihat adegan itu.
Di sinilah Uwais menambah nilai lebihnya karena dia menjadi pengarah laga bersama Yayan Ruhayan, salah satu pemeran di The Raid. Sulit dikatakan apa sebetulnya jenis bela diri yang dipakai dalam The Raid ini, kecuali Festival Film Sundance di Amerika Serikat, pada Januari lalu, memberi kelas tersendiri bagi dia.
Panitia festival film yang setara dengan Festival Film Cannes di Perancis itu menjadi film box office atau spotlight di sana. Tiketnya habis terjual dan penonton memuji habis-habisan teknik pembuatan film Indonesia itu.
Bisa dibilang: baru kali ini sepanjang sejarah perfilman Indonesia, film besutan anak bangsa dalam status habis tiket dalam festival kelas dunia! Festival Sundance Film Festival juga ajang dimana Kramer vs Kramer dan Pulp Fiction jadi bintang dan buah bibir.
Yang unik, plot cerita sangat sederhana itu bisa dialihkan kepada akting memadai para aktornya. Merantau Film bisa mewadahi kreativitas Evans sebagai sutradara. Rencananya, The Raid akan dibuat ulang dalam versi Hollywood; di sisi lain Evans akan juga membuat sekuelnya.
Artinya, Hollywood mengakui material film sangat bagus ada pada The Raid. (*)
0 komentar:
Posting Komentar